Rabu, 29 Agustus 2012

BUDAYA TELANJANG YANG BAIK

 MARI KITA BERTELANJANG KAKI AGAR SEHAT
Manusia adalah spesies yang paling hebat dalam berlari. Meskipun tidak secepat cheetah dalam jarak dekat, dalam jarak jauh tidak ada spesies lain di planet ini yang bisa mengalahkan manusia. Bahkan, nenek moyang kita dulu berburu binatang di padang rumput dengan terus mengejarnya sampai binatang itu kelelahan. Metode ini disebut “berburu sampai binatang lelah”. Daniel Lieberman, paleoantropolog di Harvard University, dan Bramble Dennis, ahli biologi di University of Utah, berpendapat bahwa banyak karakteristik morfologis dan fisiologis manusia yang secara unik diadaptasi untuk berlari jauh. Christopher McDougall dalam buku larisnya Born to Run menceritakan orang-orang Indian Meksiko Tarahumara yang memiliki kemampuan berlari luar biasa. Mereka bisa berlari tanpa alas kaki sejauh 435 mil (sekitar 700 km, melebihi jarak Jakarta-Surabaya) dalam dua hari dua malam tanpa henti!

Tidak perlu sepatu

Manusia jelas tidak perlu sepatu untuk berlari. Bahkan, dalam kompetisi kelas dunia pun sepatu tidak selalu berpengaruh terhadap prestasi. Banyak atlet internasional seperti Zola Budd-Pieterse dari Afrika Selatan dan Abebe Bikila dari Ethiopia yang berhasil menjadi juara tanpa alas kaki. Bersepatu bahkan justru meningkatkan risiko keseleo engkel kaki, baik oleh penurunan kesadaran posisi kaki atau peningkatan torsi memutar pada engkel kaki saat tersandung. Insiden keseleo lebih banyak di negara maju yang penduduknya selalu memakai sepatu dibandingkan di negara berkembang di mana bertelanjang kaki atau bersandal tipis lebih umum.
Dr Daniel Leiberman berpendapat bahwa masalahnya sebenarnya bukan pada memakai sepatu atau tidak, tetapi pada bagaimana kita berjalan atau berlari. Bertelanjang kaki mendorong pelari untuk meredam dampak pendaratan dengan menyesuaikan gaya mendarat pada bagian bawah kaki. Pelari tanpa alas kaki mendarat lebih banyak pada bagian tengah atau depan telapak kaki, yang mengurangi guncangan transien saat kontak. Guncangan pendaratan lalu disebarkan oleh sebagian besar otot-otot di bagian belakang kaki. Akibatnya, berjalan tanpa alas kaki mengurangi risiko cedera karena menghasilkan kekuatan benturan jauh lebih rendah. Sebaliknya, pelari yang memakai sepatu lebih banyak mendarat pada tumit dan bergantung pada desain sepatu untuk meredam kejutan dan mengendalikan kaki saat berlari.

Penyesuaian bertahap

Namun, jangan buru-buru membuang sepatu lari Anda. Bagi Anda yang baru mulai berlari tanpa alas kaki, regangan yang tidak biasa pada otot dan tendon dapat menyebabkan cedera. Anda harus membiasakan untuk mengubah cara berjalan terlebih dahulu. Arahkan tekanan lebih banyak pada bagian tengah atau depan telapak kaki, bukan pada tumit. Kemudian, biarkan struktur elastis dalam kaki melakukan tugasnya. Mulailah perlahan-lahan pada permukaan yang aman (misalnya lapangan rumput atau pasir) untuk menguatkan telapak kaki dan memungkinkan jaringan lunak kaki dan pergelangan kaki untuk beradaptasi dengan strategi beban yang baru. Berganti-ganti berjalan kaki tanpa sepatu di satu hari dan bersepatu di hari berikutnya juga akan mengurangi risiko cedera.
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda untuk belajar dan beradaptasi dengan keterampilan baru. Beberapa orang dengan cepat menyesuaikan diri sebagai pelari tanpa alas kaki, yang lainnya perlu perjuangan lebih banyak untuk melakukan perubahan, terutama jika mereka memiliki masalah struktural ireversibel pada tendon dan otot, yang disebabkan oleh puluhan tahun mengenakan sepatu.

Baik untuk anak dan remaja

Berjalan tanpa alas kaki sangat baik untuk perkembangan kaki yang sehat pada anak-anak dan remaja. Telanjang kaki akan memperkuat dan melatih otot-otot kaki yang terus-menerus beradaptasi dengan ketidakrataan lantai. Atrofi (penyusutan) otot dan cacat seperti kaki datar (flat foot) dapat dicegah. Otot-otot yang terlatih juga membuat kaki kurang rentan terhadap rasa sakit. Bahkan pada orang dewasa, berjalan tanpa alas kaki dapat mencegah deformitas kaki tertentu – meskipun pada tingkat lebih rendah.

Perhatian khusus

Bagaimana pun, Anda perlu mewaspadai duri, logam, beling, dan benda lain ketika berlari tanpa alas kaki. Benda-benda itu dapat dengan mudah menjadi sumber bahaya bagi kaki Anda. Cedera tidak hanya menyakitkan tetapi juga berisiko infeksi, termasuk tetanus yang mematikan. Anda perlu memeriksa status imunisasi tetanus Anda sebelum pergi bertelanjang kaki di alam bebas. Orang dewasa harus mendapatkan vaksinasi tetanus setiap sepuluh tahun. Selain itu, bertelanjang kaki tidak disarankan bagi Anda yang menderita diabetes. Penderita diabetes kronis seringkali memiliki persepsi rasa sakit yang terganggu sehingga tidak segera menyadari luka di kaki. Hal ini meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi.

Senin, 27 Agustus 2012

RESEP HERBAL BAGI PENDERITA ASAM URAT


RESEP HERBAL BAGI PENDERITA ASAM URAT

Apa sebenarnya Asam Urat ?
Asam Urat merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari pemecahan sel dalam darah.
Banyak orang yang sering mengeluh karena asam urat, sudah berbagai obat diminum tapi belum menemukan obat yang cocok, bahkan karena sudah kehilangan akal dalam mengatasi penyaakit  asam urat yang dideritanya ada orang yang memukul-mukul kakinya dengan kayu bahkan dengan pukul besi, karena dengan begitu sakitnya terasa berkurang. Tetapi kalau hal it uterus dilakukan maka akan terjadi kerusakan jaringan sel yang sangat fatal bisa berakibat kematian.
Bagi anda yang ingin sembuh dari asam urat tetapi tidak suka minum obat kimiawi, maka bisa kembali pada pengobatan tradisional dan bisa memilih beberapa resep pengobatan yang kami sajikan , mana yang disukai dan yang cocok . Boleh jadi obat yang A cocok untuk seseorang tapi belum tentu cocok untuk orang yang lain walupun penyakit yang diderita sama.
Inilah beberapa resep tradisional herbal untuk asam urat.

1.     Pengobatan Asam Urat Dengan tanaman Sambiloto ( Adrographis panniculata )


Aslinya merupakan tanaman dari India . Di beberapa daerah sambiloto dikenal juga dengan nama papaitan, ki peurat, bidara, kayu mas, lang, ki pait, sampiroto, atau ki oray. Sambiloto mengandung beberapa senyawa flavanoid, alkane, keton, aldehid dan juga beberapa mineral seperti kalsium, kalium dan natrium. Rasanya pahit, namun tanaman ini dikenal sebagai antiradang, penghilang nyeri atau analgetik, dan juga penawar racun. Bagian tanaman yang digunakan adalah seluruh tanaman.

Cara Meramu Sambiloto menjadi Obat Asam Urat:
Cuci bersih dan rebus sambiloto kering 10 gram, rimpang temulawak kering 10 gram, komfrey 5 - 10 gram, dan buah lada 1 gram dengan 5 gelas air hingga tersisa 3 gelas, diminum 3 kali satu gelas setiap hari, 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

2.     Pengobatan Asam Urat Dengan Daun Salam (Eugenia polyanta)


Pada masyarakat Indonesia sebagai bumbu masak karena memiliki keharuman yang khas yang bisa menambah kelezatan masakan nusantara. Daun salam rasanya kelat dan bersifat astringent. Senyawa-senyawa seperti minyak atsiri, tannin dan flavonoid banyak terdapat dalam daunnya. Untuk pengobatan memang daunnya lah yang paling banyak digunakan, tetapi akar, kulit dan buahnya pun berkhasiat sebagai obat.

Cara Meramu Daun salam menjadi Obat Asam Urat:
Rebus 10–15 lembar daun salam segar ataupun kering dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, minum 2 kali sehari masing-masing 1/2 gelas.

3.     Pengobatan Asam Urat  Dengan Tanaman Kumis Kucing ( Orthosiphon aristatus )


Juga telah lama dikenal sebagai diuretik yang berkhasiat sebagai penghancur batu saluran kencing. Rasanya manis sedikit pahit, dulunya banyak tumbuh di selokan dan anak sungai, namun sekarang tak sedikit orang yang gemar menanamnya di pekarangan rumah. Garam kalium dalam tanaman ini memang berkhasiat melarutkan batu ginjal, karenanya banyak digunakan sebagai obat penghancur batu. Kandungan sinsetin-nya bersifat sebagai antibakteri, dan tanaman ini juga mengandung senyawa orthosiphonin
glikosida. Sifat diuretik tanaman ini berguna untuk membantu tubuh membuang kelebihan asam urat lewat urin.

Cara Meramu Kumis Kucing menjadi Obat Asam Urat:
Cuci bersih 10 gram daun kumis kucing kering atau 20 gram basah, 10 gram meniran kering atau 20 gram basah, 10 gram sawi tanah kering atau 20 gram basah, 15 gram jahe merah kering atau 30 gram basah, dan 10 gram kapulaga kering. Memarkan jahe merah dan gabung dengan bahan yang lain, rebus dalam satu liter air hingga tersisa setengahnya. Minum pagi, siang dan sore hari, masing-masing ¾ gelas (150 ml) atau minum dua kali sehari masing-masing 200 ml.
 
Nah, inilah yang bisa kami sampaikan pada pembaca semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
Informasi dan saran-saran tetap kami harapkan
Oleh : Kannajib